Prosesi Pernikahan Adat Bugis

Kamis, 29 Oktober 2020

Pernikahan merupakan sesuatu yang sangat diidam-idamkan bagi setiap pasangan agar hubungan mereka bisa sah atau halal, dan diakui secara agama maupun oleh negara.

Di Indonesia ada berbagai macam cara atau adat istiadat dalam melangsungkan pernikahan sesuai dengan suku dan budaya di masing-masing daerah, seperti suku BUGIS. Prosesi pernikahan adat adalah suatu hal yang sakral, setiap tahapan dan ritual yang dijalani mengandung makna dan doa yang berbeda. 



Berikut beberapa adat yang dilakukan pada pernikahan Saribulan dan Agung Gumelar (23/09/2020) beserta dokumentasinya :

Mammanu-Manu dan Madduta

Mammanu'-manu' merupakan tahap awal dalam persiapan pernikahan adat Bugis Makassar. Jaman dahulu kala, mammanu'-manu' merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak keluarga laki-laki untuk menyelidiki status dari gadis yang hendak dipinang. Kegiatan tersebut untuk memastikan apakah gadis tersebut sudah terikat atau belum. Selain itu, diselidiki juga apakah sang gadis sesuai bibit bebet bobotnya. Biasanya mammanu'-manu' di wakili oleh perempuan dari keluarga laki-laki yang dianggap mampu untuk melakukan hal tersebut.Jika belum terikat, maka dilanjutkan oleh madduta untuk menyampaikan lamaran. Setelah lamaran diterima oleh pihak keluarga wanita, akan ada perwakilan keluarga yang membicarakan mengenai tanggal pernikahan, mahar dan lain-lain. Orang yang ditunjuk harus orang yang mampu berbicara dan bernegoisasi agar tidak terjadi kesalahpahaman dan kesepakatan bisa tercapai dengan baik.

Di jaman modern ini, Mammanu'-Manu' , Madduta' dan pembicaraan lanjutan masih dilakukan oleh segelintir masyarakat tetapi dengan lebih ringkas. Biasanya semuanya sudah digabung menjadi satu agar lebih efisien.

Mappetuada

Setelah tahap mammanu'-manu' selesai, prosesi pernikahan adat Bugis selanjutnya adalah tahap mappetuada. Acara mappetuada ini bertujuan untuk mengumumkan apa yang telah disepakati sebelumnya mengenai tanggal pernikahan, mahar dan lain-lain. Biasanya di mappetuada, pinangan diresmikan dengan diberikan hantaran berupa perhiasan kepada pihak perempuan.

Mappacci / Tudammpenni
Malam menjelang pernikahan, calon pengantin melakukan kegiatan mappaci / tudammpenni. Proses ini bertujuan untuk membersihkan dan mensucikan kedua pengantin dari hal-hal yang tidak baik. Dimulai dengan penjemputan kedua mempelai, yang kemudian duduk di pelaminan, setelah itu di depan mereka disusun perlengkapan-perlengkapan berikut; sebuah bantal sebagai simbol penghormatan, tujuh sarung sebagai simbol harga diri, selembar pucuk daun pisang sebagai simbol kehidupan yang berkesinambungan, tujuh sampai sembilan daun nangka sebagai simbol harapan, sepiring wenno (padi yang sangrai) sebagai simbol perkembangan baik, sebatang lilin yang menyala sebagai simbol penerangan, daun pacar halus sebagai simbol kebersihan dan bekkeng (tempat logam untuk daun pacci) sebagai simbol persatuan pengantin. Setelah perlengkapan-perlengkapan tersebut ditaruh, satu persatu kerabat dan tamu (yang sudah menikah) akan mengusapkan pacci ke telapak tangan pengantin.

Mappenre Botting

Mappenre botting berarti mengantar mempelai pria ke rumah mempelai wanita. Mempelai pria diantar oleh iring-iringan tanpa kehadiran orang tuanya. Iring-iringan tersebut biasanya terdiri dari indo botting (inang pengantin) dan passepi (pendamping mempelai).

Madduppa Botting

Setelah mappenre botting, dilakukan madduppa botting atau penyambutan kedatangan mempelai pria. Penyambutan ini biasanya dilakukan oleh dua orang penyambut (satu remaja wanita dan satu remaja pria), dua orang pakkusu-kusu (wanita yang sudah menikah), dua orang pallipa sabbe (orang tua pria dan wanita setengah baya sebagai wakil orang tua mempelai wanita) dan seorang wanita penebar wenno.

Akad (Ijab Kabul)

Ijab kabul adalah upacara orang tua atau wali mempelai wanita untuk menikahkan putrinya kepada sang calon mempelai pria. Orang tua mempelai wanita melepaskan putrinya untuk dinikahi oleh seorang pria, dan mempelai pria menerima mempelai wanita untuk dinikahi. Ijab kabul merupakan ucapan sepakat antara kedua belah pihak. saat melakukan ijab Kabul, calon mempelai wanita tidak hadir disamping calon mempelai pria. Calon mempelai wanita hanya menunggu di kamar pengantin hingga acara ijab Kabul selesai. Sampai dinyatakan SAH oleh saksi dan pihak KUA.

Mappasikarawa 

Selesai ijab Kabul, mempelai pria akan dibimbing untuk masuk ke kamar pengantin dan bertemu dengan istrinya secara resmi. Sebelum memasuki kamar, biasanya ada ritual ketuk pintu. Ketuk pintu ini dimaksudkan untuk meminta ijin ke pihak keluarga mempelai wanita agar diperbolehkan masuk. setelah memasuki kamar, kemudian dilakukan ritual Mappasikarawa. Mappasikarawa merupakan sentuhan pertama dari suami ke istrinya. Sentuhan ini biasanya dilakukan dengan menyentuh ubun-ubun, pundak, dada atau perut. Biasanya sentuhan tersebut lebih disukai ke pundak yang melambangkan hubungan sejajar antara suami dan istri di dalam rumah tangga. Pemakaian sarung yang kemudian dijahit menandakan agar pasangan yang baru menikah terus bersatu dalam pernikahan tersebut. Setelah ritual Mappasikarawa selesai, dilanjut dengan sungkem kepada orang tua dan juga keluarga yang dituakan dari mempelai wanita.

Duduk Pelaminan (Resepsi)

Selanjutnya, kedua mempelai mengambil posisi di pelaminan untuk melangsungkan rangkaian acara resepsi, seperti : pengajian, hiburan dan silaturahmi dengan tamu undangan.

Marola / Mapparola

Mapparola merupakan kunjungan mempelai wanita ke rumah orang tua mempelai pria. Mempelai wanita datang ditemani iring-iringan dari keluarga mempelai wanita. Mempelai wanita juga membawa seserahan berupa perlengkapan pribadi dan kue-kue untuk mempelai pria. Kunjungan ini sangat penting bagi masyarakat Bugis Makassar karena kunjungan tersebut menandakan kalau mempelai wanita diterima dengan baik di keluarga mempelai pria. Di Mapparola inilah, mempelai kembali sungkem kepada orang tua dan kerabat yang dituakan dari mempelai pria. Setelah acara Marola atau Mapparola selesai, kedua mempelai akan kembali ke rumah mempelai wanita.

Ziarah

Sehari setelah hari pernikahan berlangsung, kedua pengantin, bersama dengan keluarga pengantin perempuan melakukan ziarah ke makam leluhur. Ziarah ini merupakan bentuk penghormatan dan syukur atas pernikahan yang telah berlangsung lancar.

Massita Beseng

Sebagai penutup rangkaian acara pernikahan, kedua keluarga pengantin bertemu di rumah pengantin perempuan. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun tali silaturahmi antara kedua keluarga.

Demikianlah prosesi pernikahan adat Bugis yang bisa diketahui. Banyak dari masyarakat kadang lebih memilih pernikahan modern daripada tradisional karena dianggap lebih sederhana. Itu kembali ke pribadi masing-masing dan tergantung selera yaah. Namun nggak ada salahnya juga ketika kamu mengikuti prosesi secara tradisional. Selain melestarikan budaya pernikahan juga akan lebih berwarna. 

Kalau kamu (yang lagi baca). Nikahnya mau pakai adat atau nikah modern??? 😍

1 komentar: